Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa penyakit cacar monyet (Mpox) kini tidak hanya dapat menjangkit kelompok lelaki melakukan seks dengan lelaki (LSL) hingga individu yang sering berganti pasangan seks, tetapi juga anak-anak. Berikut penjelasannya.
Melansir dari keterangan resmi, WHO resmi menyatakan Mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional akibat potensi penularan yang lebih jelas pada 14 Agustus 2024 lalu.
WHO menyebut, anak-anak di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara di sekitarnya memiliki risiko tinggi dan serius untuk terjangkit penyakit zoonosis ini. Bahkan, memprioritaskan kebutuhan anak-anak dalam mengantisipasi penularan Mpox telah dikategorikan WHO sebagai mendesak.
Menurut organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, varian terbaru Mpox, yakni Clade IB lebih cepat menyebar dan lebih dikhawatirkan karena memiliki potensi penularan yang lebih luas terhadap berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak.
“Virus mpox tidak pilih-pilih. Siapa pun yang terpapar virus dapat terinfeksi. Anak-anak, individu dengan gangguan kekebalan tubuh, dan wanita hamil berisiko mengalami penyakit yang parah,” tulis WHO, dikutip Selasa (3/9/2024).
“Anak-anak yang kekurangan gizi atau terkena penyakit lain juga rentan terhadap komplikasi akibat Mpox,” sambung pernyataan tersebut.
Data WHO menyebutkan bahwa Republik Demokratik Kongo adalah episentrum wabah Mpox saat ini yang lebih dari setengah kasusnya didominasi oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun. Adapun, situasi negara yang mengancam anak-anak dengan Mpox adalah malnutrisi yang luas, adanya penyakit menular lainnya, da akses ke pelayanan kesehatan yang terbatas.
“Sistem layanan kesehatan yang kewalahan dan lemah, kekurangan alat uji diagnostik, dan rendahnya kesadaran masyarakat semakin memperumit situasi bagi anak-anak dan keluarga mereka,” tulis WHO.
Mengutip U.S Center for Disease Control and Prevention (CDC), anak-anak dan remaja dapat terinfeksi MPXV alias virus penyebab Mpox melalui kontak dengan orang atau hewan yang terinfeksi atau dengan bahan yang terkontaminasi, termasuk kontak kulit-ke-kulit yang dekat seperti berpelukan dan tidur di kasur yang sama. Selama kehamilan, virus juga dapat menular ke janin, atau ke bayi baru lahir selama atau setelah kelahiran.
Berdasarkan laporan otoritas kesehatan di Republik Demokratik Kongo dan Republik Kongo, banyak anak tertular Mpox diperkirakan karena penularan di rumah (household transmission). Kasus-kasus bermula dari orang dewasa terinfeksi, kemudian menularkan ke anggota rumah lainnya, termasuk anak-anak.
Selain itu, ada juga risiko anak tertular Mpox dari hewan. Menurut WHO, penularan Mpox dari hewan ke manusia terjadi dari hewan yang terinfeksi ke manusia melalui gigitan, cakaran, atau selama aktivitas yang berhubungan dengan bangkai atau memakan hewan yang terinfeksi.
Namun, perkumpulan massal atau acara-acara besar saat ini tidak dikhawatirkan sebagai sumber penularan Mpox karena dianggap berisiko rendah. Masyarakat Kongo sangat relijius dan sering ramai beribadah di gereja, tetapi praktik tersebut tidak menimbulkan klaster penularan Mpox.
Mengutip dari Save The Children, penularan Mpox terhadap anak berpotensi lebih cepat terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang masih lemah. Anak-anak mudah tertular Mpox jika melakukan kontak dekat dengan penderita cacar monyet atau dari saudara kandung, orangtua, pengasuh, atau anggota keluarga lainnya. Selain itu, anak-anak juga disebut mudah tertular Mpox karena memiliki lebih banyak kontak fisik ketika bermain atau berada di sekolah.
Berikut gejala Mpox pada anak-anak menurut WHO yang wajib diwaspadai orang tua.
1. Ruam kulit
2. Demam
3. Sakit Tenggorokan
4. Sakit kepala
5. Nyeri tubuh
6. Nyeri punggung
7. Energi rendah
8. Pembengkakan kelenjar getah bening
Sebagai tambahan, kelompok yang paling berisiko tinggi terjangkit Mpox selain anak-anak adalah LSL, individu yang sering berganti-ganti pasangan seks, dan individu yang memiliki riwayat kontak dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir.