Harga batu bara kembali menanjak di tengah kekhawatiran pasokan gas di Eropa. Menurunnya pasokan batu bara di Benua Biru juga ikut mendorong kenaikan harga.
Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara Juli acuan ICE Newcastle pada perdagangan Senin (19/8/2024) naik 1,75% di level US$151,25 per ton. Posisi ini berbanding terbalik dengan harga batu bara pada 16 Agustus 2024 yang turun sebesar 2,04% di angka US$148,65 per ton.
Kekhawatiran pasokan batu bara merupakan imbas dari semakin panasnya situasi di Ukraina.
Ukraina kembali menghancurkan jembatan di Provinsi Kursk, Rusia pada Minggu (18/8/2024). Ini merupakan jembatan ketiga di atas Sungai Seym yang diserang Kyiv sejak melakukan “invasi” ke dalam Rusia 6 Agustus.
Presiden Volodymyr Zelenskiy menyebutnya sebagai bagian dari upaya nyata untuk memperluas apa yang digambarkan sebagai “zona penyangga” militer di dalam Rusia. “Serangan Kursk bertujuan untuk menciptakan zona penyangga guna melindungi Ukraina,” kata Zelenskiy Senin waktu setempat dikutip The Guardian, Selasa (20/8/2024).
Memanasnya situasi Ukraina dikhawatirkan bisa mengganggu lau lintas pengiriman gas sehingga harga gas pun naik. Harga gas Eropa naik 0,22% ke € 39,52 pada perdagangan kemarin. Batu bara merupakan substitusi gas sehingga harganya pun ikut terkerek.
Selain itu, pasokan batu bara di pelabuhan utama Eropa juga menipis. Dikutip dari Montel, stok batu bara di Pelabuhan Amsterdam, Rotterdam, atau Antwerp (ARA) turun 1,3 juta ton dibandingkan tahun lalu menjadi 4,59 juta ton, yang merupakan level terendah dalam tiga minggu.
Sumber dari salah satu terminal impor besar mengatakan ada sedikit peningkatan dalam pembangkit listrik batu bara di Belanda minggu lalu, .
Sementara itu, produksi batu bara China telah meningkat meskipun pangsa batu bara dalam pembangkitan listrik mengalami penurunan yang konsisten. Kondisi ini bisa menekan permintaan impor sehingga harga batu bara bisa ikut melemah ke depan. China adalah konsumen terbesar batu bara sehingga perkembangan di sana sangat mempengaruhi harga batu bara.
Menurut data yang dipublikasikan pada 15 Agustus oleh Biro Statistik Nasional, produksi batu bara China meningkat sebesar 2,8% pada Juli 2024 dibandingkan Juli 2023, mencapai 390,37 juta ton.
Kendati pasokan batu bara meningkat, sumber energi termal tidak mengalami pertumbuhan yang sama dalam pangsa pembangkitan listrik di China.
Produksi batubara China meningkat meskipun pembangkitan listrik dari sumber termal mengalami penurunan untuk bulan ketiga berturut-turut. Pada Juli, pembangkitan listrik termal turun menjadi 574,9 miliar kilowatt-jam (kWh), menurun 4,9% dibandingkan Juli 2023.
Reuters melaporkan bahwa peningkatan produksi batu bara tetapi penurunan penggunaan bahan bakar ini di negara tersebut telah memengaruhi harga dan volume impor, berdampak pada pasar global. Menurut berita tersebut, penurunan harga batu bara di China telah memicu Indonesia dan Australia, dua eksportir batu bara terbesar di dunia dan pemasok utama bahan bakar ke China, untuk menyesuaikan harga mereka.
Sumber energi termal semakin kehilangan pangsa pasar di China akibat dari perluasan penggunaan energi terbarukan. Menurut GlobalData, perusahaan induk Power Technology, fotovoltaik solar (PV) mencatat 59,59% dari total teknologi listrik yang diterapkan di negara tersebut pada tahun 2023, dengan penambahan tahunan bersih sebesar 245 GW. Energi angin mencatat 21,88% dari campuran ini, sementara teknologi termal menyumbang 15,7%.
Meski demikian, sumber energi termal tetap menjadi sumber listrik utama di China, dengan total kapasitas pembangkitan sebesar 64,54% dari total kapasitas pembangkitan negara tersebut pada 2023, menurut GlobalData.
Batu bara merupakan komponen mayoritas dari output pembangkitan listrik termal China. Dari 6.068.551,8 gigawatt-jam (GwH) pembangkitan termal yang tercatat pada tahun 2023, batubara menyumbang 5.577.954,8 GwH.
“Produksi batubara China meningkat meskipun pembangkitan menurun” awalnya dibuat dan dipublikasikan oleh Power Technology, merek yang dimiliki oleh GlobalData.