Direktur Network and Services PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Ronny Venir menyebut adanya penurunan jumlah transaksi di ATM. Menurut dia di BNI sendiri, terjadi penurunan transaksi di ATM lebih dari 7%.
“Data yang disebutkan adanya penurunan di ATM iya. Kita di BNI melihat transaksi di ATM menurun. Di mana dua tahun lalu porsi orang bertransaksi dari total transaksi 31% menjadi 24%,” ungkap dia dalam Money Talks CNBC Indonesia, Rabu (24/10/2024).
Sebaliknya, BNI mencatat lonjakan transaksi digital, terutama pada metode pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Tercatat lonjakan transaksi QRIS mencapai hampir 200% dari tahun ke tahun.
Diketahui Bank Indonesia mencatat transaksi uang elektronik tumbuh 29,11% secara year-on-year mencapai 4.001,11 juta transaksi pada triwulan III-2024. Sedangkan transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/D turun 8,59% secara yoy menjadi 1.738,53 juta transaksi.
Ronny menjelaskan hal ini disebabkan karena perubahan kebiasaan masyarakat menjadi digital yang dipicu pada masa pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Di mana masyarakat memilih transaksi keuangan yang lebih mudah.
“Karena bagaimana pun juga dengan QRIS dan sebagainya membuat kita nyaman sepanjang cyber security di bank terus dilakukan dengan baik. Di satu sisi juga semua pengeluaran, semua tercatat. Kalau selama ini di Indonesia paling susah melakukan pencatatan. Dengan digital, tentu saja setiap aktivitas tercatat,” tambah dia.
Di sisi lain, tambah dia, penyedia layanan perbankan juga menawarkan berbagai fitur dalam memberikan kemudahan bertransaksi tersebut. Dengan adanya upaya tersebut, tambah dia, tren transaksi digital akan terus mengalami peningkatan.
“Tetap ini harus kita antisipasi. Tentu saja perbankan dengan beberapa produk akan mengakomodasi perubahan perilaku ini ke depan. Sehingga yang penting perbankan membuat nasabah nyaman bertransaksi, tanpa takut dengan hal yang tidak kita inginkan,” pungkas dia.