Produksi batu bara nasional pada November tercatat sudah melampaui target 2024. Hal ini bisa menjadi berkah untuk emiten yang bekerja di bidang penunjang tambang.
Melansir data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat produksi batu bara nasional per 15 November 2024 mencapai 711,37 ton, sudah melampaui produksi tahun lalu dan target 2024 dari pemerintah sebanyak 710 ton.
Dari jumlah produksi batu bara tersebut, sebanyak 50,6% atau 359 juta ton dijual ke pasar ekspor, setara 69,3% dari realisasi ekspor pada 2023.
Berkat kenaikan produksi sampai periode tersebut, untuk setahun ini produksi batu bara diproyeksi bisa mencapai 800 juta ton. Adapun, produksi batu bara nasional tahun lalu mencapai 775 juta ton, melebihi target yang ditetapkan sebesar 694,5 juta ton.
Produksi batu bara nasional yang kuat sampai pertengahan November ini juga terlihat pada volume produksi masng-masing emiten sampai pada sembilan bulan pertama tahun ini. Berikut rinciannya :
Melihat produksi batu bara yang solid, ini bisa menjadi tantangan bagi pergerakan harga komoditas-nya jika tidak diikuti permintaan, terutama masih ada risiko dari lemahnya perekonomian China yang menjadi sasaran perang dagang pasca terpilihnya Presiden AS, Donald Trump.
Merujuk data Refinitiv, harga batu bara acuan ICE Newscastle pada akhir pekan lalu, Jumat (22/11/2024) berakhir di US$ 142,75 per ton. Dalam sehari koreksi 0,52%, padahal sebelumnya harga komoditas energi fosil ini sempat naik dua hari beruntun.
Harga batu bara sejauh ini masih dalam tren turun, sudah lima pekan berturut-turut berakhir di zona merah.
Produksi yang melampaui target ini memang menjadi penghambat untuk gerak harga batu bara menguat lagi, tetapi kondisi ini sepertinya tidak akan sampai berakhir over supply, lantaran produsen batubara saat ini cenderung mengamankan perjanjian jual beli batubara (kontrak) dengan buyer eksisting, sehingga tujuan penjualan relatif sudah pasti dan stabil.
Berkah bagi Bisnis Penunjang Batubara
Di sisi lain, jika melihat peluang dari kondisi ini, ternyata bisa menjadi berkah untuk kinerja emiten penunjang batu bara, seperti kontraktor tambang dan logistik batu bara.
Kami melihat ada dua emiten yang bakal mendapatkan keuntungan di bidang kontraktor tambang, yakni PT United Tractor Tbk (UNTR) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).
Sampai dengan September 2024, UNTR tercatat memiliki porsi bisnis jasa kontra
ktor sampai 75,35% terhadap pendapatan.
Sementara, untuk DOID memiliki 100% kepemilikan anak usaha yang bergerak di kontraktor batubara, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA)
DOID sampai Semester I/2024, nyaris 100% pendapatannya dari BUMA sebanyak US$ 855 juta.
Sementara itu, untuk logistik batu bara kami melihat yang akan diuntungkan PT Trans Power Marine Tbk.
Seiring dengan produksi batu bara yang lebih banyak, maka volume untuk diangkut pun bisa lebih banyak Manajemen TPMA mengincar kenaikan pendapatan dan laba sebesar 10% hingga 15% pada 2024.