Perang saudara yang terjadi Myanmar masih terus menerus memanas. Pada Jumat (27/9/2024), junta militer Myanmar melancarkan serangan udara di kota yang dikuasai milisi-milisi oposisi.
Mengutip AFP, jet-jet militer dilaporkan mengebom kota Lashio, di negara bagian Shan Utara. Diketahui, kota ini merupakan wilayah yang berada di tangan para pejuang dari Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA).
“Saya mendengar dua ledakan. Saya mendengar lima orang tewas dan banyak orang terluka,’ kata seorang warga yang tidak menyebutkan namanya karena alasan keamanan.
Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta, yang terjadi pada bulan Februari 2021 memicu reaksi publik yang besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang menolaknya, yang kemudian dibubarkan secara brutal.
Ini kemudian memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di Negeri Seribu Pagoda seperti Kachin dan Arakan. Mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dianggap tidak demokratis.
Sementara itu, serangan ini terjadi sehari setelah junta militer mengeluarkan undangan kepada para milisi etnis untuk berunding. Tawaran itu datang saat junta menderita sejumlah kekalahan di medan perang melawan kelompok bersenjata etnis minoritas dan “Pasukan Pertahanan Rakyat” pro-demokrasi.
“Panggilan itu adalah pertama kalinya rezim menyatakan kesediaan untuk berdialog dengan pasukan perlawanan pasca kudeta,” kata Richard Horsey dari International Crisis Group.
Seorang diplomat yang bermarkas di Yangon, yang berbicara dengan syarat identitasnya dirahasiakan, mengatakan bahwa tawaran rekonsiliasi ini memang belum mengarah pada sesuatu yang serius. Min Aung Hlaing sendiri sebelumnya telah lama berbicara tentang ‘memusnahkan’ kelompok-kelompok milisi.
Horsey dari International Crisis Group menilai bahwa undangan rekonsiliasi ini kemungkinan merupakan upaya untuk menenangkan sekutu utama junta, China. Ini juga merupakan dorongan menuju pemilihan umum baru.
“Itu akan memungkinkan mereka untuk menggambarkan diri mereka sendiri, misalnya kepada China, yang mendorong kesepakatan, sebagai pihak yang menginginkan perdamaian, bahkan saat mereka melanjutkan kampanye serangan udara tanpa pandang bulu.”
China merupakan sekutu utama dan pemasok senjata bagi junta yang terisolasi akibat sejumlah sanksi internasional. Proyek Sabuk dan Jalan Beijing yang besar juga mencakup proyek-proyek utama di Myanmar.
Bulan lalu Menteri Luar Negeri China, Wang Yi mengatakan bahwa pihaknya mendukung rencana junta untuk mengadakan pemilu baru dan mengembalikan negara yang dilanda konflik itu ke ‘transisi demokrasi’.