Perampokan 129 Kg Emas di Jakarta Terjawab, Dibongkar Dukun!

Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Emas menjadi salah satu barang berharga yang kerap disimpan pemiliknya. Tak ayal, banyak terjadi perampokan emas, hingga salah satu yang menjadi viral kala itu adalah perampokan emas di Jakarta tahun 1970-an.

Tercatat, nilai perampokan tersebut sampai 129 Kg emas, emasnya pun dirampok dari berbagai toko di Jakarta. Pelaku menjalani aksi sangat rapih dan menutupi kedok dengan berbagai cara. Kepolisian pun kesulitan menangkapnya. Namun, semua terbongkar karena bantuan seorang dukun. Berikut kisah lengkapnya.

Berawal dari Bokek

Pada 1970-an di Jakarta, hidup seorang pemuda bernama Johanes Hubertus Eijkenboom atau lebih dikenal, Johny Indo. Johny, yang menikah muda di usia 16 tahun, terpaksa bekerja untuk mencukupi hidup anak dan istri.

Kelak, beban bertambah usai ayahnya meninggal, sehingga dia juga harus menanggung ibu dan adik-adiknya. Dia lantas bekerja sebagai montir hingga supir truk. Beruntung, fase bekerja di jalanan tak lama.

Johny, yang merupakan blasteran Belanda dan punya wajah tampan, diajak masuk ke dunia hiburan sebagai model dan aktor film. Dari sini, dia sehari-hari keluar masuk studio dan kamera. Hanya saja, kegiatan itu tak terus menerus dilakukan.

Ada fase dia tak ditawari main film atau jadi model. Saat fase ini terjadi, dia langsung tak punya uang alias bokek. Apalagi, saat punya uang, Johny sering boros.

Alhasil, sebagaimana diceritakan Willy Angelicus Hangguman dalam Johny Indo: Tobat dan Harapan(1990), dia mengambil jalan pintas: merampok toko emas. Jalan ini diambil berkat ajakan seorang teman. Johny yang sedari dulu sering membaca kisah-kisah perampokan melalui novel atau komik langsung mengeksekusi dengan baik ajakan temannya itu.

Maka, perampokan pun terjadi. Pada 20 September 1977, Johny memimpin perampokan terhadap toko emas di Kebon Kacang, Tanah Abang. Dia sukses menggasak 2 Kg emas. Kesuksesan ini membuat Johny makin percaya diri. Dia mantap menjadi penjahat sebagai pekerjaan sampingan.

Singkat cerita, pria kelahiran 6 November 1948 itu melakukan perampokan emas sepanjang 1977-1978. Tentu perampokan dilakukan dalam waktu berjauhan supaya mengelabui polisi. Total dia menggasak 129 Kg emas.

Berbagai media pun menjadikan perampokan tersebut jadi bahan pemberitaan hangat. Polisi kesulitan melakukan penyelidikan kasus. Sebab, dilakukan sangat rapih. Johny pun menutupi citranya sebagai penjahat. Dia tetap jadi aktor dan model.

Keluarga pun tidak mengetahui kalau Johny menjalani pekerjaan sampingan sebagai perampok. Bahkan, sang istri, Stella, sempat bertanya mengenai kasus perampokan kepada Johny tanpa tahu bahwa yang jadi lawan bicara adalah aktor utama.

“Sudah baca. Nekat amat ya orang-orang itu. Siang-siang lagi. Tapi pelakunya belum tertangkap,” kata Stella.

“Itu urusan polisi. Aku ngantuk banget. Pingin tidur, capek,” timbal Johny.

Terbongkar Berkat Dukun

Selama kucing-kucingan dengan polisi, Johny selalu was-was. Apalagi, sang istri juga mulai heran kalau dirinya sering membawa uang yang sangat banyak untuk ukuran model. Meski lama selalu lolos, akhirnya dia ketahuan juga.

Pada 18 April 1979, polisi menangkap komplotan Johny. Dari sini ketahuan bahwa perampokan emas besar-besaran di Jakarta dilakukan oleh orang yang sering mondar-mandi di layar kaca. Saat melakukan penggerebekan ke rumah tersangka, polisi tak menemukan Johny.

Ternyata, Johny yang punya firasat buruk sudah menemui seorang dukun di Ancol. Kata dukun, dia harus pergi ke suatu gua di Gunung Guruh, Sukabumi. Maka, pergilah dia ke Sukabumi.

Sesampainya di sana, dia menemui dukun yang menjaga gua. Dia berkata ingin bertapa agar selamat dari kejaran polisi. Mendengar itu, si dukun kaget. Ternyata dia berhadapan dengan penjahat kelas kakap.

Alhasil, si dukun bersiasat. Dia takut juga kalau dianggap menyembunyikan penjahat oleh polisi. Terlebih, polisi sudah menerbitkan lembar DPO dan memajang wajah Johny di berbagai tempat. Dia lantas memperbolehkan Johny bertapa. Saat momen ini si dukun langsung lapor ke polisi.

Maka, berkat bantuan seorang dukun, berakhirlah perjalanan Johny oleh polisi pada 26 April 1979. Pengadilan lantas menghukum Johny 14 tahun penjara di Nusa Kambangan. Setelah kasus terbongkar, keluarga menghadapi hari-hari berat. Stella syok kalau suaminya perampok. Anak-anaknya sering dicemooh.

Pada titik ini, Johny menyesal atas perbuatannya. Selama proses penahanan, dia kemudian bertaubat menjadi Kristen yang taat. Namun, pada tahun 2000-an, dia beralih masuk Islam dan punya nama Umar Billah. Johny wafat pada 26 Januari 2020.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*