
Raya Sadianor (32) sedari kecil hidup dan terbiasa dengan aroma kopi robusta olahan orangtuanya di Desa Karuing, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Meski tak ada kebun berskala besar yang luasnya mencapai ukuran hektare, sejak dulu di Desa Karuing tanaman kopi memang cukup mudah ditemui di hampir setiap pekarangan rumah warga.
Oleh karena itu, bagi Raya kopi tak hanya sekadar bahan baku untuk membuat minuman, tapi lebih dari itu, kopi sudah menjadi tradisi bahkan identitas para leluhurnya.
Wangi aroma kopi dari rumahnya pun terasa berbeda dengan aroma kopi pada umumnya; kopi racikan Raya memiliki ciri khas tersendiri karena dibuat dengan resep khusus dari orangtua yang mengombinasikan bubuk kopi dengan berbagai rempah.
Wangi aroma kopi kerap mengundang para tetangga datang ke rumah Raya tanpa harus diajak atau dikirimi pesan terlebih dahulu. Tanpa smartphone atau gadget, kopi mampu memberi pesan sekaligus menghangatkan hubungan antar warga.
“Di sini tiada hari tanpa kehadiran aroma kopi yang diolah dari biji hingga siap diseduhkan ke cangkir untuk dinikmati bersama keluarga maupun tetangga,” kata Raya.
Secara umum, komoditas kopi sejak dahulu telah mewarnai kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah. Meski kopi asal daerah ini tak sepopuler Kopi Gayo Aceh atau Kintamani Bali, nyatanya kopi di sini juga telah menjadi urat nadi kehidupan masyarakat secara turun-temurun.
Beranjak dari hal tersebut seusai menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan mulai bekerja, sekitar tahun 2017, Raya pun berinisiatif mengembangkan resep kopi rempah warisan orangtuanya untuk bisa dikenal lebih luas.
Melalui kolaborasi dengan penyelenggara pariwisata ke Karuing dan sekitarnya, Raya menyematkan kopi rempah olahannya sebagai salah satu buah tangan yang dapat dibawa pulang wisatawan.
Seiring berjalannya waktu, kopi rempah resep leluhur miliknya yang diberi merek dagang “Indukuh 1957” dengan tagline Bara Desa Akan Dunia (Dari Desa Untuk Dunia), mulai dikenal luas.
Raya pun memperluas jangkauan pasar, tak hanya menyasar wisatawan yang datang berkunjung, tapi Raya pun memperkenalkan “Indukuh 1957” ke desa- desa lain maupun perkotaan di Katingan, hingga kemudian Raya hijrah ke ibukota Kalimantan Tengah yakni Palangka Raya.