Kemenhut dukung ketahanan pangan dengan upaya konservasi

Kemenhut dukung ketahanan pangan dengan upaya konservasi

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengatakan upaya konservasi tidak hanya dilakukan untuk menyelamatkan satwa dilindungi, tetapi juga untuk mendukung ketahanan pangan.

“Salah satunya swasembada daging. Kita punya problem terhadap sapi bali, itu berat tubuhnya menurun terus,” kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Satyawan Pudyatmoko di Jakarta, Senin.

Dia menyebut bahwa penurunan berat rata-rata dari sapi bali (Bos javanicus domesticus) dapat berdampak besar, karena jenis sapi itu dimanfaatkan sebagai sapi potong untuk daging atau sapi pekerja yang membajak sawah.

Untuk menanggulangi tren tersebut, kata dia, diperlukan penambahan genetik dari banteng (Bos javanicus). Hal itu mengingat sapi bali merupakan bentuk domestik dari banteng yang terjadi beribu tahun lalu.

“Telah dilakukan kerja sama antara Kemenhut lewat Ditjen KSDAE dengan berbagai pihak termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mengawinkan pejantan banteng dan betina dari jenis sapi bali,” ujarnya.

Upaya itu, kata dia, juga didukung oleh penggunaan asistensi teknologi seperti bank hayati atau biobank untuk menambah genetik dari jenis sapi bali tersebut.

“Dari situ menghasilkan anakan dan anakan itu kita serahkan ke peternak. Itu salah satu manfaat mengapa kita harus punya biobank,” katanya.

Sebelumnya, pemerintah bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk pemanfaatan biobank untuk upaya konservasi satwa terancam punah dan menambah populasinya.

Tidak hanya biobank, pemerintah juga kini terus melakukan bioprospeksi atau upaya menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi dari pemanfaatan spesies endemik di berbagai wilayah Indonesia. Upaya bioprospeksi itu termasuk juga untuk memproses paten demi mencegah pembajakan biologi atau biopiracy.

https://kingslot.it.com