Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Jumat (19/12/2024), setelah sempat bangkit ke level psikologis 7.000 namun pada akhirnya gagal untuk bertahan di level tersebut.
IHSG ditutup naik tipis 0,09% ke posisi 6.983,86. IHSG sempat menyentuh level psikologis 7.000 di awal sesi I dan pada sesi II menjelang akhir perdagangan. Namun sayangnya, IHSG gagal untuk bertahan di level tersebut.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 11,8 triliun dengan melibatkan 18,9 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 296 saham menguat, 288 saham melemah, dan 202 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor energi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 0,61%. Sedangkan sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar IHSG mencapai 0,74%.
Sementara dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG yakni mencapai 14,4 indeks poin.
Sedangkan emiten perbankan raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 4,3 indeks poin.
Tampaknya investor sudah mulai kembali melirik pasar saham RI meski secara garis besar masih wait and see sembari menimbang dampak dari dipangkasnya kembali suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed).
Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,35-4,50%, sesuai ekspektasi pasar. Akan tetapi di balik pemangkasan, bank sentral AS tersebut mengisyaratkan akan lebih hati-hati.
The Fed dalam pernyataan terbarunya menyebutkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) pada 2025 kemungkinan hanya akan terjadi dua kali, lebih rendah dari proyeksi September yang mencapai 100 basis poin (bps).
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan perlunya kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan moneter.
Di lain sisi, beberapa analis mengatakan bahwa IHSG juga masih dalam fase bearish.
Senior Ekonom BCA, Barra Kukuh Mamia menjelaskan salah satu faktor IHSG yang longsor adalah hasil dari pertemuan The Fed yang dinilai hawkish.
“Sepertinya memang hasil FOMC kemarin, sekalipun cut, dinilai hawkish ya. Jadi pasar posturnya sangat risk-off, cari aman, beli USD dan yields naik,” ungkap Kukuh kepada CNBC Indonesia , Kamis (19/12/2024).
Kukuh juga mengungkapkan IHSG pada akhir tahun sepertinya tidak akan berbeda jauh dari posisi saat ini.
Sementara Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas (Mitra Pemasaran Mandiri Sekuritas) Arwendy Rinaldi Moechtar mengungkapkan IHSG akan berat untuk mencapai level 7.500 lebih pada akhir tahun.
“Kemungkinan gagal ke area 7500 – 8000. Kalo saya melihat kemungkinan IHSG akan di uji area support di 7.000. kalo pun naik dengan hari transaksi sudah sedikit kemungkinan 7.500,” ungkap Arwendy kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/12/2024).
“(IHSG) 7.500 pun kelihatannya berat,” pungkas Arwendy.
Arwendy menilai pasar saham Indonesia diliputi oleh pesimisme investor yang terlihat dari derasnya dana asing yang keluar.
“Asing flow out dananya. Kebijakan pemerintah kaya pajak dan lainnya semakin memberatkan kondisi,” ungkap Arwendy.
Analis Senior Investment Information Mirae Nafan Aji Gusta mengatakan IHSG bisa mencapai ke 7.500-an sebagai level resisten dengan support 6.895 hingga 6.655.
“Bila IHSG break below 6.895, maka terdapat perkiraan wave C support yakni pada 6.655. Otherwhise, IHSG bisa kembali ke major resistance baik pada 7325 hingga 7531 bila sentimen positif kembali strong,” ungkap Nafan kepada CNBC Indonesia, Kamis (19/12/2024).