IHSG Masih Lanjut Koreksi, Saham Blue Chip Masih Jadi Penekan

Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memangkas koreksinya pada akhir perdagangan Senin (11/11/2024), di tengah terus keluarnya dana investor asing dari pasar saham RI dalam beberapa hari terakhir.

IHSG ditutup melemah 0,28% ke posisi 7.266,46. IHSG sempat ambles lebih dari 1% hingga menyentuh kembali level psikologis 7.100 pada perdagangan sesi I hari ini. Namun di sesi II, IHSG berhasil memangkas koreksinya.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 23 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 190 saham menguat, 397 saham melemah, dan 196 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor properti menjadi yang paling parah koreksinya dan menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 1,83%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan Himbara raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan IHSG yakni 8,7 indeks poin.

Selain itu, ada emiten konglomerasi Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga menjadi penekan IHSG masing-masing 8,3 dan 6,9.

IHSG kembali merana di tengah terus keluarnya dana investor asing dari pasar saham RI dalam beberapa hari terakhir. Pada akhir pekan lalu saja, asing sudah melepas saham-saham RI hingga mencapai Rp 2,22 triliun di seluruh pasar. Bahkan sepanjang pekan lalu, asing sudah melego hingga Rp 4,5 triliun.

Anjloknya IHSG bukan tanpa alasan, data-data perekonomian Indonesia yang melemah pun menjadi alasan larinya investor asing. Dalam sebulan, investor asing mencatatkan net foreign sell sebesar Rp 7,43 triliun di semua market, dimana Rp 6,04 triliun berasal dari pasar reguler dan Rp 1,39 triliun berasal dari pasar nego dan tunai.

IHSG pun terancam akan dominan berada di zona merah di sepanjang November. Jika melihat track record pergerakan IHSG pada bulan November dalam 10 tahun terakhir, IHSG selalu berada di zona merah pada bulan November.

Tak menutup kemungkinan jika pada tahun ini, IHSG akan kembali ditutup di zona merah pada November 2024. Apalagi dengan dorongan data-data ekonomi yang melemah, makin membuat investor optimis bahwa IHSG tak akan berakhir indah pada bulan November.

Di lain sisi, tampaknya asing mulai kembali ke pasar saham Amerika Serikat (AS) setelah Donald Trump resmi memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024.

Kemenangan Trump di pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) pada Rabu pekan lalu dikhawatirkan menggencarkan kebijakan yang menekan negara Asia, termasuk Indonesia.

Menurut catatan Reuters pada Kamis pekan lalu, Trump telah berjanji akan menerapkan tarif baru yang kemungkinan besar akan signifikan pada berbagai barang dari negara-negara seperti China dan Meksiko.

Tarif ini kemungkinan akan mendorong inflasi dan, pada gilirannya, memperkuat dolar AS serta memperlambat pelonggaran kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Hal tersebut pada gilirannya berpotensi menarik dana keluar dari pasar negara berkembang, seperti yang telah terjadi akibat penguatan dolar AS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*