Harga cabai rawit merah terpantau terus menanjak. Terbalik dengan pergerakan harga cabai merah keriting yang justru menurun.
Panel Harga Badan Pangan hari ini, Senin (29/7/2024, data diakses pukul 13.07 WIB) menunjukkan, harga cabai rawit merah naik Rp900 ke Rp68.270 per kg. Sedangkan harga cabai merah keriting turun Rp320 ke Rp43.130 per kg.
Sepekan lalu, 22 Juli 2024, harga cabai rawit merah masih di Rp63.100 per kg. Sedangkan cabai merah keriting ada di Rp44.060 per kg.
Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran. Harga tertinggi hari ini dilaporkan terjadi di Papua Tengah, mencapai Rp120.060 per kg. Dan terendah di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tercatat di Rp50.750 per kg.
Di wilayah Jakarta, harga cabai rawit merah dan cabai merah keriting kompak naik.
Infopangan Jakarta mencatat, harga cabai rawit merah di Jakarta hari ini bahkan sudah mencapai Rp88.285 per kg. Melonjak Rp2.816 dibandingkan sehari sebelumnya.
Sementara harga cabai merah keriting di Jakarta hari ini naik Rp816 menjadi Rp50.285 per kg.
Produksi Kurang, Harga Cabai Terbang
Menanggapi pergerakan harga cabai yang semakin mahal tersebut, Badan Pangan Nasional (Bapanas) meminta masyarakat menanam cabai sendiri. Sebab, lonjakan harga cabai saat ini disebut karena kurangnya produksi di dalam negeri.
“Salah satu penyebabnya karena produksinya kita kurang. Solusinya ya harus nanam. Makanya saya menyarankan teman-teman pertanian untuk menanam, membagikan benih cabai ke masyarakat agar dia menanam di pot-pot, di teras-teras, pekarangan, kan tidak terlalu sulit,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy di hotel Sultan, Senin (29/7/2024).
Dia menambahkan, panen cabai tidak mengenal waktu, bisa kapan pun.
“Bagikan ke masyarakat untuk menanam cabai di pot-pot ditanam di teras pekarangan-pekarangan. Dulu ada namanya P2L Pemanfaatan pekarangan Pangan Lestari, salah satu program di Badan Ketahanan Pangan,” kata Sarwo.
Solusi lain, kata dia, dengan pengembangan metode screen house. Yaitu, areal penanaman cabai dengan konstruksi rumah kaca atau plastik tembus cahaya. Meski, dia mengakui, screen house investasi atau anggaran yang tidak sedikit.
“Itu kebijakan dari Bappenas saya pikir tidak masalah sepanjang untuk ketahanan pangan. Tapi kebijakan Bappenas dan anggaran kadang-kadang beda. Menurut saya sepanjang untuk ketahanan pangan ga masalah dan itu salah satu solusi makanya screen house sehingga panen ngga mengenal waktu,” ujar Sarwo.