PT Freeport Indonesia (PTFI) menyatakan telah menggelontorkan investasi sebesar Rp 350 triliun hingga tahun 2024 ini, terutama untuk pengembangan tambang bawah tanah (underground mining) yang dimulai sejak 2004.
VP Government Relation & Smelter Technical Support Freeport Indonesia, Harry Pancasakti menilai, pengembangan tambang bawah tanah memerlukan waktu yang panjang dan investasi yang sangat besar. Mengingat tambang ini baru bisa mulai berproduksi pada 2019, sekitar 15 tahun setelah investasi awal dimulai.
“Freeport untuk saat ini bisa menambang tambang underground itu karena investasi kita sudah mengeluarkan Rp 350 triliun hingga 2024 ini dan sebagian besar dari investasi itu adalah investasi untuk mengembangkan tambang bawah,” kata dia dalam acara Menuju Indonesia Hijau, Selasa (17/9/2024).
Oleh sebab itu, kepastian berusaha menjadi faktor kunci yang harus didukung oleh pemerintah guna memastikan kelancaran dan keberlanjutan investasi tersebut. Terlebih investasi di sektor pertambangan memerlukan dana yang cukup besar serta jangka panjang.
“Ini menunjukkan bahwa investasi di sektor pertambangan memerlukan jangka waktu yang lama sebelum bisa menghasilkan produksi,” ujarnya.
Sebelumnya, PTFI menyampaikan bakal menggelontorkan investasi kurang lebih sebesar US$ 1 miliar atau Rp 15,80 triliun per tahun hingga 2041. Adapun investasi tersebut digunakan untuk aktivitas tambang bawah tanah.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan pihaknya akan menyiapkan investasi tambahan hingga US$ 12 miliar atau Rp 189,46 triliun hingga 2041 ke depan.
“Untuk penambangan setelah 2041 ini kita masih belum bisa mengidentifikasi berapa banyak, tapi yang pasti besar maksudnya besar tuh kalau lihat sejarahnya hampir sama dengan investasi sekarang US$ 1 miliar per tahun,” ujar Tony dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Senin (25/3/2024).