El Nino Berakhir Diganti La Nina, Apa Dampaknya di Indonesia?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, fenomena El Nino sudah berakhir. Hal itu ditandai anomali suhu muka laut yang menunjukkan ENSO di fase Netral.

Selanjutnya, akan berganti dengan datangnya La Nina mulai Agustus 2024.

La Nina diprediksi bakal masuk RI ketika sebagian wilayah mengalami puncak musim kemarau tahun 2024.

Masuknya La Nina di saat musim kemarau di Indonesia, diharapkan dapat membantu mengurangi dampak musim kemarau tahun 2024 ini. Yang akan menghasilkan musim kemarau basah di wilayah-wilayah Indonesia.

Saat La Nina, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan sebanyak 20-40% pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON).

Sedangkan pada periode Desember-Januari-Februari (DJF) dan Maret-April-Mei (MAM) sebagian wilayah barat Indonesia mengalami peningkatan curah hujan karena pengaruh angin monsun.

“Namun demikian bukan diartikan tidak ada kemarau sama sekali. Hanya saja terjadi peningkatan curah hujan dalam periode tersebut sehingga seringkali disebut sebagai kemarau basah,” tulis BMKG di situs resmi, dikutip Rabu (31/7/2024).

La Nina tahun 2024 ini diprediksi La Nina lemah. Sehingga, potensi turunnya hujan di Indonesia pun tak hanya dipengaruhi oleh La Nina.

Apa Itu Fenomena La Nina?

Secara garis besar, Iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.

Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.

Sementara saat fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik.

Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.

Dan, ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya.

Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin.

Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan badai tropis.

Kondisi La Nina ini dapat berulang dalam beberapa tahun sekali dan setiap kejadian dapat bertahan sekitar beberapa bulan hingga dua tahun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*