Emiten perbankan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang kapitalisasi pasarnya menjadi terbesar pertama yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terpantau melesat pada perdagangan sesi I Jumat (27/9/2024).
Hingga pukul 11:30 WIB, saham BBRI melesat 0,99% ke posisi harga Rp 5.100/unit. Pada sesi I hari ini, BBRI bergerak di rentang harga Rp 5.000 – Rp 5.100 per unit.
Saham BBRI pada sesi I hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 33.408 kali dengan volume sebesar 182,3 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 922,78 triliun. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 772,95 triliun.
Hingga pukul 11:30 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 5.000/unit, menjadi antrean beli paling banyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 356.159 lot atau sekitar Rp 178 miliar.
Sedangkan di order offer atau jual, di harga Rp 5.200/unit, menjadi antrean jual terbanyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 134.021 lot atau sekitar Rp 69 miliar.
Saham BBRI cenderung bergairah meski saham perbankan raksasa lainnya merana. Ada kemungkinan bahwa investor asing besar yang menampung BBRI agar tidak terkoreksi parah.
Diketahui, tiga investor raksasa yakni BlackRock, Vanguard, dan JP Morgan memiliki strategi yang berbeda dalam mengelola portofolio saham BBRI.
Berdasarkan data Bloomberg hingga Jumat hari ini, The Vanguard Group Inc., BlackRock Inc., dan JPMorgan Chase & Co menjadi investor institusi yang menempati tiga posisi teratas di daftar pemegang saham BBRI setelah pemerintah Indonesia.
Sepanjang periode berjalan September 2024, ketiganya terpantau mengutak-atik kepemilikan saham BBRI. Vanguard misalnya tercatat memiliki 2.981.915.512 saham BBRI pada akhir Agustus 2024. Terkini, jumlah yang mereka kempit turun tipis menjadi 2.981.896.712.
Manuver serupa juga diambil oleh JPMorgan. Perbankan investasi asal Amerika Serikat (AS) itu mengurangi kepemilikan saham BBRI pada periode berjalan September 2024. Bloomberg mencatat jumlah saham BBRI yang dipegang oleh JPMorgan turun dari 2.051.927.004 pada akhir Agustus 2024 menjadi 2.049.509.104.
Sebaliknya, BlackRock justru memperbesar kepemilikan saham BBRI pada bulan ini. Jumlah yang mereka pegang bertambah dari 2.586.565.897 pada akhir Agustus 2024 menjadi 2.604.396.383. Jumlah lembar saham BBRI yang dimiliki oleh Vanguard, BlackRock, dan JPMorgan setara dengan kepemilikan masing-masing 1,97%, 1,72%, dan 1,35%.
Saham BBRI sendiri masih diproyeksikan positif oleh beberapa analis. Hal ini karena BBRI sendiri akan cenderung prospektif setelah Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya pekan lalu.
Dengan BI dan The Fed yang memangkas suku bunga acuannya kemarin, maka era suku bunga tinggi sudah mulai berakhir. Alhasil, saham perbankan cenderung diuntungkan karena dengan rendahnya tingkat suku bunga, maka berpotensi akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit.
Jika bunga kredit semakin rendah, maka perbankan dapat lebih mudah menyalurkan kreditnya karena masyarakat semakin tertarik untuk mengambil kredit.
Di lain sisi, hingga akhir Agustus 2024, BBRI mencatatkan laba bersih secara bank only mencapai Rp 36,21 triliun. Capaian tersebut tumbuh 4% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pencapaian tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 2,9% yoy menjadi Rp 73,64 triliun per Agustus 2024, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 71,56 triliun.
Di sisi lain, beban bunga BRI terlihat membengkak ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja NII perusahaan. Pasalnya, beban bunga BRI naik 45,99% menjadi Rp 34,58 triliun per Agustus 2024, dibandingkan dengan periode yang sama di 2023 sebesar Rp 23,68 triliun.
Sementara itu penurunan nilai aset keuangan (impairment) BRI terlihat meningkat 44% menjadi Rp 25,6 triliun per Agustus 2024, dibandingkan Agustus 2023 sebesar Rp 17,77 triliun.