Pemerintah kini tengah fokus kembali menggeliatkan perekonomian kelas menengah di Indonesia. Kondisi ekonomi kelas menengah itu menurut pemerintah kini masih tertekan setelah terdampak krisis Pandemi Covid-19.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun sampai mengumpulkan para mantan Menko Perekonomian untuk membahas masalah kelas menengah. Mulai dari Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Abu Rizal Bakrie, Chairul Tanjung, Darmin Nasution, hingga Sri Mulyani Indrawati.
“Tadi pertama disampaikan kelas menengah adalah motor penggerak ekonomi, dan kelas menengah kita itu ada sekitar 17,13%, dan aspiring middle class (kelas menengah rentan) itu juga sudah ada mendekati 50%,” kata Airlangga saat konferensi pers usai pertemuan yang bertepatan dengan ulang tahun Kemenko Perekonomian ke-58 itu di Gedung AA Maramis, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Airlangga mengatakan, jumlah kelas menengah dalam pertemuan yang turut dihadiri Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu memang diakui terus menyusut sejak merebaknya Pandemi Covid-19. Maka, memang diperlukan berbagai dukungan untuk kembali menggeliatkan aktivitas ekonomi mereka.
“Waktu sebelum Covid angkanya sedikit lebih tinggi dari ini (17,13%). Karena ada efek dari Covid dan sering disampaikan oleh menteri keuangan sebagai scarring effect di mana ini bisa diharapkan segera diperbaiki ke depannya,” ujar Airlangga.
Airlangga mengatakan, dari hasil pertemuan itu telah dipetakan bahwa karakteristik kelas menengah di Indonesia ialah yang memiliki pola konsumsi terbesar untuk sektor makanan dan minuman, diikuti perumahan, kesehatan, pendidikan, hiburan, hingga sektor jasa lainnya.
“Perumahan menjadi prioritas, ini menjadi salah satu pengeluaran kedua terbesar, setelah makanan dan minuman, sehingga bagi kelas menengah sektor perumahan ini menjadi penting,” tutur Airlangga.
Kelas menengah ia katakan juga memiliki karakteristik sebagai kelas yang memiliki peran strategis untuk mendukung geliat pertumbuhan ekonomi domestik. Selain sebagai motor untuk menciptakan pengusaha baru atau entrepreneurship, juga sebagai agen pencipta lapangan kerja.
“Tidak hanya berkontribusi terhadap entrepreneurship atau kewirausahaan tetapi juga terhadap penciptaan lapangan kerja. Tentu investasi menjadi penting, investasi yang positif, dan ini tentu akan membuat perubahan sosial terutama untuk mencapai Indonesia Emas di 2045,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Airlangga memastikan, pemerintah akan terus menjaga pertumbuhan kelas menengah ini melalui komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat, tinggi, dan stabil. Di antaranya melalui kucuran berbagai insentif pajak, program pengembangan SDM, hingga kepastian layanan kesehatan terjangkau bagi mereka.
“Untuk mendukung kelas menengah pemerintah telah meluncurkan beberapa program antara lain program perlindungan sosial, insentif pajak, kartu pra kerja, jaminan kehilangan pekerjaan, PBI atau Pembayaran iuran yang ditanggung pemerintah untuk kesehatan, kemudian kredit usaha rakyat (KUR),” ucap Airlangga. “Berbagai program ini diharapkan bisa menahan jumlah kelas menengah,” tegasnya.