
Tadej Pogacar pada Selasa memenangi etape keempat Tour de France di Rouen yang merupakan kemenangan profesionalnya yang ke-100, demikian Tour de France dalam lamannya.
Tapi Mathieu van der Poel tetap mempertahankan posisi pemuncak klasemen umum.
Pogacar melakukan serangan pada tanjakan menuju garis finis dan mengungguli Van der Poel yang finis posisi kedua. Sedangkan Jonas Vingegaard menempati posisi ketiga.
Ini kemenangan etape Tour de France ke-18 bagi pebalap asal Slovenia berusia 26 tahun itu. Pogacar kini memburu gelar juara umum keempatnya dalam ajang prestisius ini.
Penonton kembali disuguhkan duel seru antara Pogacar dan Vingegaard, saat lima tanjakan dalam 40 kilometer terakhir membuat rute seperti roller-coaster.
Pemuncak klasemen, Van der Poel, juga ikut bertarung dan nyaris memenangi etape.
Namun Van der Poel tetap mempertahankan kaus kuning yang direbutnya dari rekan setimnya di Alpecin, Jasper Philipsen, yang mundur dari balapan akibat cedera usai kecelakaan parah di etape sebelumnya.
Di tanjakan terakhir yang benar-benar menantang, Pogacar meninggalkan semua rivalnya, kecuali Vingegaard yang memberikan perlawanan sengit.
Van der Poel dan Vingegaard mengejar Pogacar, untuk memaksanya bertarung sampai garis finis dalam akhir etape yang dramatis.
Ketiga pebalap kini juga memimpin klasemen umum. Pogacar pada posisi kedua dan Vingegaard di urutan ketiga.
Berbeda dengan tiga etape awal, pada Selasa nyaris tidak ada angin dan hujan pun tidak turun. Meski demikian, kecelakaan tetap terjadi di beberapa titik lintasan.
Etape kelima diprediksi mengubah peta klasemen lewat uji waktu individu sejauh 33 km di sekitar kota Caen.
Remco Evenepoel berpeluang besar merebut kaus kuning selaku pemimpin klasemen. Untuk mewujudkannya, juara dunia dan Olimpiade asal Belgia berusia 25 tahun itu harus menempuh rute sejauh 33 km tersebut hampir satu menit lebih cepat dibanding Pogacar dan Vingegaard.
Rute pendakian pegunungan baru akan dimulai pada etape ke-10 di kawasan vulkanik Puy de Dome, dilanjutkan dengan dua hari tanjakan berat di Pyrenees, sebelum pekan pamungkas di Pegunungan Alpen yang diprediksi menjadi penentu.