5 Bahan Bakar Ini Bisa Jadi Alternatif Gantikan Peran BBM Bensin

Foto: Jelang Idul Adha 2024, PT Pertamina Patra Niaga Siap Tambah Pasokan BBM Solar dan LPG. (Dok. PT Pertamina Patra Niaga)

Transportasi di Indonesia masih menjadi ‘penikmat’ utama Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini bisa dibuktikan dengan tingginya permintaan BBM dalam negeri diikuti pula dengan tingginya impor BBM di Indonesia.

Pada tahun 2023 lalu saja, total impor produk BBM RI pada 2023 sebesar 26,8 juta kilo liter (kl). Sedangkan, secara keseluruhan konsumsi BBM dalam negeri pada tahun 2023 lalu tercatat 36 juta kl khususnya jenis gasoline atau bensin.

Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023 mencatat, penjualan BBM mencapai 80,4 juta KL. Di mana Penjualan tertinggi untuk produk BBM adalah Biogasoil sebesar 35,7 juta KL, disusul Gasoline RON 90 sebesar 30,2 juta KL.

Asal tahu saja, dunia termasuk Indonesia tengah berusaha untuk mengurangi sumbangan emisi karbon melalui target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 mendatang. Salah satu upaya yang digenjot adalah mengurangi konsumsi BBM yang dinilai menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

Lantas, apa saja bahan bakar pengganti BBM yang bisa digunakan di dalam negeri?

1. Bioetanol

Indonesia saat ini tengah mengembangkan sumber bahan bakar pengganti BBM yang beraal dari tetes tebu atau molase yang disebut sebagai Bioetanol. Bioetanol sendiri digunakan sebagai bahan campuran BBM.

Direktur Bioenergi EBTKE Kementerian ESDM, Edi Wibowo pernah menyampaikan aturan tersebut juga mencakup diversifikasi tanaman penghasil bioetanol, seperti padi, jagung, singkong, dan sorgum.

Saat ini, produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahun. Target pemerintah untuk tahun 2030 adalah mencapai produksi sebanyak 1,2 juta KL, yang diharapkan dapat mengurangi impor BBM sebesar 60%, khususnya pada jenis bensin yang mencapai 35,8 juta KL pada tahun 2022.

2. Bahan Bakar Gas (BBG)

Salah satu sumber energi bersih yang diandalkan dalam proses transisi energi ini yaitu gas. Emisi gas dinilai jauh lebih rendah daripada batu bara, sehingga cocok untuk sumber energi saat transisi dari energi fosil ke energi bersih.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkapkan, gas bumi menjadi sumber energi yang paling cocok untuk fase transisi energi ini, terutama karena Indonesia memiliki pasokan gas yang cukup melimpah saat ini.

Djoko mengungkapkan bahwa sekitar 30 tahun yang lalu, Indonesia pernah memanfaatkan gas sebagai sumber energi untuk sektor transportasi. Saat itu, telah dibangun 28 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), tetapi permintaan untuk kendaraan berbahan bakar gas menurun karena kurangnya dukungan kebijakan pemerintah.

3. Kendaraan Listrik

Saat ini, Indonesia tengah mendorong penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri. Bahkan Indonesia sendiri juga mendorong ekosistem baterai kendaraan listrik.

Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo buka-bukaan perihal murahnya mengisi daya kendaaan listrik melalui Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Di mana, biaya yang dikeluarkan untuk mengisi daya hanya Rp3.500 setara 1 liter BBM.

“Untuk SPKLU sudah ada tarif dari Menteri ESDM jadi sekitar Rp 3.500 per 1 liter equivalent pakai SPKLU,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (4/4/2024).

4. Hidrogen

Salah satu upaya untuk mencapai target NZE 2060 yaitu dengan mengembangkan salah satu energi baru, yakni hidrogen. Bukan tanpa alasan, Indonesia memiliki potensi energi hidrogen hingga 32 juta ton per tahun.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengatakan, potensi hidrogen di Tanah Air masih sangat besar. Terlebih, perkiraan permintaan hidrogen di Indonesia pada beberapa tahun ke depan “hanya” 13 juta ton per tahun.

“Potensinya ke depan itu kita mempunyai angka sampai dengan 32 juta ton per tahun. Dan demandkita itu kita prediksi antara 9,8 juta sampai dengan sekitar 13 juta,” ungkap Eniya dalam Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (3/6/2024).

5. Bioavtur

Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, terus berkomitmen untuk menyediakan Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah lingkungan di Indonesia. Salah satunya melalui BBM ‘hijau’ berbasis minyak sawit (CPO), baik untuk Solar maupun avtur.

Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman mengungkapkan saat ini pihaknya telah berhasil memproduksi bahan bakar pesawat jenis Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur.

Produksi dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan campuran minyak sawit sebesar 2,4% berkapasitas 9.000 barel per hari (bph). Adapun bahan bakunya yaitu produk turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*